Celaka Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Celaka Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Kedua orang tua adalah orang yang sangat berjasa kepada kita. Agama Islam mengajarkan kita untuk menaati keduanya dalam hal yang diridhai oleh Allah Ta’ala. Sebaliknya, agama Islam sangat melarang pemeluknya untuk durhaka kepada kedua orang tua. Pada kesempatan kali ini kita sedikit membahas tentang ancaman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua. Mari kita simak bersama hadits berikut.
Teks dan Arti Hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ»، قِيلَ: مَنْ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka!” Ada yang bertanya, “Siapakah itu, wahai Rasulullah (yang engkau maksud -ed)?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barang siapa yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia senja, namun hal itu tidak menjadi sebab baginya masuk surga.”
Takhrij Hadits
Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dengan nomor 2551 dan Imam Ahmad di dalam musnadnya dengan nomor 8557.
Perawi Hadits
Beliau bernama Abdurrahman bin Sakhr Ad-Dausy, namun lebih dikenal dengan kunyahnya, Abu Hurairah. Beliau masuk Islam pada tahun 7 Hijriyyah. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu selalu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai peristiwa, hingga beliau termasuk Sahabat yang banyak menghafalkan hadits hingga mencapai angka 5344 hadits. Beliau terlahir dan tumbuh-kembang di kota Madinah dalam keadaan yatim, serta wafat di kota yang sama pada tahun 57 Hijriyyah. Semoga Allah Ta’ala meridhainya.
Makna Hadits, Celaka Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Allah Ta’ala menggandengkan hak kedua orang tua dengan hak-Nya, sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah ‘Azza wa Jalla berkata,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabbmu telah memerintahkan, janganlah kalian menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (al-Isra’: 23-24)
Ayat di atas memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan seluruh amal kebaikan, baik dari ucapan maupun perilaku yang baik. Karena kedua orang tua merupakan sebab adanya seorang anak di dunia.
Seorang anak dituntut untuk selalu mencintai dan mencurahkan segala kebaikan untuk kedua orang tua. Terlebih lagi jika keduanya telah mencapai usia lanjut, sangat membutuhkan perhatian yang lebih, sikap baik dan santun dalam merawat keduanya.
Jika keduanya memerintahkan sesuatu, wajib bagi kita menaatinya. Jangan sampai kita mengucapkan ucapan-ucapan yang menyakitkan hati kedua orang tua, walaupun dengan ucapan ‘ah’. Ucapan yang ringan namun hal ini telah Allah ‘Azza wa Jalla larang sebagaimana dalam ayat.
Ucapan itu merupakan bentuk durhaka yang paling ringan. Lalu bagaimana dengan yang lain seperti mencela, berkata-kata kasar dan selainnya dari sikap-sikap yang kurang baik kepada kedua orang tua.
Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berucap dengan ucapan yang menunjukkan penuh kasih sayang dan ucapan yang akan menenangkan hati kedua orang tua. Tunduk dihadapan keduanya sebagai bentuk penghormatan kepada kedua orang tua dan kasih sayang kepaa keduanya, bukan karena takut atau mengharapkan harta darinya. Namun mengharapkan pahala yang besar dari Allah Ta’ala.
Allah juga membimbing kita untuk mendoakan keduanya. Sebagaimana dalam ayat-Nya di atas,
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan berdo’alah untuk keduanya: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku di masa kecil.”
Faidah Hadits
- Larangan berbuat durhaka kepada kedua orang tua.
- Kedua orang tua adalah orang yang sangat berjasa kepada kita.
- Celakanya orang yang durhaka kepada kedua orang tua.
- Berbakti kepشda kedua orang tua salah satu sebab masuk surga. Sebaliknya, durhaka kepada kedua orang tua termasuk sebab masuk neraka.
- Sebab-sebab seseorang durhaka kepada kedua orang tua:
- Pertama: ketidaktahuan. Karena ketidaktahuan merupakan penyakit berbahaya. Jika seseorang tidak mengetahui hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua serta tidak mengetahui buah dari berbakti kepada kedua orang tua, niscaya ia akan terus menerus durhaka disebabkan ketidaktahuannya itu.
- Kedua: pendidikan kedua orang tua yang kurang baik kepada anaknya. Jangan pernah salahkan anak yang tidak berbakti kepada ayah-ibunya, sementara ia tidak pernah diajari cara berbakti kepada keduanya. Jika anak tidak diajari untuk bertakwa, berbuat baik serta mencari kemuliaan, maka bagaimana mungkin anak tersebut akan berbakti kepada orangtua.
- Ketiga: teman duduk yang kurang baik. Teman akrab memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku anak. Jika temannya baik, maka anak bisa menjadi baik karenanya. Sebaliknya, jika temannya berperilaku buruk, sangat mungkin anak tertular perilaku buruknya.
Ini beberapa sebab rusaknya seorang anak sehingga ia terus durhaka kepada kedua orang tua. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan anak-anak kita dari sifat durhaka kepada kedua orang tuanya. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita anak yang saleh dan bermanfaat bagi kedua orang tuanya di dunia dan akhirat kelak. Amiin. DW-IMN
Sumber: islamhariini.com